Pengaruh Media Soaial

Pengaruh Media Sosial
Hampir semua orang pada saat ini memiliki media sosial seperti facebook dan twitter. Media sosial terbesar yang paling sering digunakan remaja antara lain facebook. Begitu banyak anak  bahkan orang dewasa yang menghabiskan sebagian besar waktunya untuk bersosialisasi di media tersebut. Sehingga kadang-kadang mereka seolah- olah tidak menghiraukan keadaan di sekelilingnya.
     Hal tersebut tentu saja akan memberikan dampak baik positif maupun negatif terhadap orang yang memakainya, terutama bagi anak yang yang belum memiliki konsep nilai dan moral yang baik.
     Banyak kasus yang kita saksikan di televisi ataupun media lain bagaimana facebook dapat dimanfaatkan para anak remaja untuk jaringan prostitusi  yang melibatkan teman- temannya sesama remaja.
            Penanaman nilai dan karakter mutlak diperlukan untuk membentengi para remaja dalam membendung aspek- aspek negatif yang akan merusak generasi muda.
         Menurut Lickona, karakter berkaitan dengan konsep moral (moral knonwing), sikap moral (moral feeling) dan perilaku moral (moral behavior). Berdasarkan ketiga komponen ini dapat dinyatakan bahwa karakter yang baik didukung oleh pengetahuan tentang kebaikan, keinginan untuk berbuat baik dan melakukan perbuatan kebaikan.
     Suyanto (2009) mendefenisikan karakter sebagai cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama baik dalam lingkup keluarga, masyarakat dan bangsa maupun Negara.
     Menurut Kertajaya karakter adalah ciri khas yang dimiliki oleh suatu benda atau individu . Ciri khas tersebut adalah asli dan mengakar pada kepribadian benda atau individu tersebut serta merupakan “mesin” yang mendorong bagaimana seorang bertindak, bersikap, berucap dan merespon sesuatu. (Kertajaya, 2010)
Adapun perkembangan kepribadian menurut Allport dapat dikategorikan pada tiga fase perkembangan sebagai berikut :
a.         Masa bayi (neonates) ,b.Masa kanak- kanak dan c.    Masa dewasa
     Pada waktu terjadi pembuahan, telah ditetapkan secara alamiah, apakah rambutnya akan lurus atau keriting, berwarna pirang atau hitam, kulitnya putih atau kuning, bentuk badannya relative pendek atau panjang. Ini adalah factor- faktor keturunan (heredity) yang merupakan segi jasmaniahnya. Siapapun tidak dapat mengubah kenyataan ini, tetapi setelah anak menjadi keseluruhan terpisah, tidak lama kemudian ia akan memiliki kesadaran mengenai keadaan dirinya. Ia akan menyadari pengalamannya sebagai sumber kekayaan untuk mempunyai rencana hidup sendiri.
     Perkembangan dari masa bayi menuju masa kanak- kanak melewati garis- garis yang berganda. Manusia yang pada waktu lahir adalah makhluk biologis, akan berubah/ berkembang menjadi individu yang egonya selalu berkembang. Prinsip ini menjelaskan sesuatu yang awalnya sekedar merupakan alat untuk mencapai suatu tujuan biologis dapat menjadi motif otonom yang mengarahkan tingkah laku dengan daya seperti yang dimiliki oleh dorongan yang dibawa sejak lahir.
     Apa yang dibawa sejak lahir dari aspek mental atau psikis ini masih merupakan kemungkinan- kemungkinan (disposisi- disposisi) yang berkat pengaruh- pengaruh lingkungan, pendidikan dan bimbingan akan berkembang menjadi kemampuan (asasi). Inilah yang disebut perkembangan yang bersifat psikis atau mental.
     Demikianlah kedua faktor itu, bakat yang dibawa sejak lahir dan berpengaruh lingkungan itu akan berkonvergensi, berpadu menjadi satu. Di sini kita lihat betapa jelas lingkungan berpengaruh terhadap perkembangan mental atau psikis seseorang untuk masa yang akan datang.
     Di dalam perkembangan ini, peranan orang tua dan lingkungan tempat anak tumbuh akan sangat berpengaruh pada perkembangan kepribadian  di masa mendatang.
         Manusia diciptakan secara unik, berbeda satu sama lain, dan tidak satu pun yang memiliki ciri- ciri persis meskipun mereka itu kembar identik. Setiap individu pasti memiliki karakteristik yang berbeda dengan individu lainnya. Perbedaan individual ini merupakan kodrat manusia yang yang bersifat alami. Berbagai aspek dalam diri individu berkembang melalui cara- cara yang bervariasi.
     Suatu penelitian oleh kelompok kerja Pembinaan Generasi Muda (1977, dalam Semiawan,C.,1984) mensinyalir adanya pengejaran kebutuhan materi dan ekonomi dengan kesibukan mencari pegangan hidup dalam suasana kekalutan nilai serta norma sosial lingkungan masyarakat kita.
     Berbagai masalah ini tidak saja dihadapi oleh orangtua, tetapi terutama oleh anak dan remaja kita, sebab mereka lah yang tumbuh kembang. Tanpa suatu pegangan yang jelas dari berbagai nilai yang seharusnya bersumber dari kehidupan masyarakat yang mapan.
     Nilai, moral, dan sikap banyak berkaitan dengan substansi kehidupan kelompok sosial tertentu. Sistem nilai, moral dan sikap  individu dalam suatu kelompok sosial sedikit banyak dipengaruhi oleh struktur budaya dari kelompok social tersebut sehingga sistem nilai, moral dan sikap yang berlaku dalam masyarakat  berbeda  antara kelompok satu dengan kelompok lainnya. Bahkan sesungguhnya, sistem nilai, moral, dan sikap tidak hanya dipengaruhi oleh kelompok masyarakat tertentu, melainkan dipengaruhi juga oleh sistem nilai, moral dan sikap yang diyakini dan dipegang teguh dalam keluarga.
    Dengan demikian maka pembentukan karakter anak   lebih banyak ditentukan oleh lingkungan  keluarga dan masyarakat.  Hal tersebut menyebabkan lingkungan media sosial  facebook juga akan ikut membentuk karakter anak. Padahal di media tersebut anak bergaul dengan beragam karakter orang dan status sosial . Kita tidak dapat mencegah anak  untuk bergaul  dengan orang  tertentu.
     Media social facebook seperti media online lainnya banyak digunakan untuk tujuan yang tidak baik. Di media tersebut anak yang semestinya tidak melihat atau membaca sesuatu yang tabu atau tidak sopan malah sehari- hari melihat atau membaca hal- hal tersebut. Sesuatu yang terjadi terus- menerus tentu saja akan menimbulkan persfektif dalam diri anak seolah- olah hal yang tabu/ tidak sopan tersebut adalah hal yang lumrah dilakukan. Hal ini tentu saja akan membawa dampak negatif dalam pembentukan karakter peserta didik. Sehingga karakter yang tidak diharapkan dapat muncul pada diri anak.
     Pendidikan budi pekerti  untuk membentuk karakter peserta didik sudah diterapkan di sekolah. Namun sampai sekarang masih dalam proses dan penyempurnaan di sana sini untuk kemudian dievaluasi hasilnya. Pendidikan di Indonesia masih sering berubah- ubah untuk mencari bentuk yang baru, meskipun system pendidikan yang lama belum tuntas diterapkan, meskipun sesungguhnya memiliki dasar- dasar nilai yang lebih kokoh.
     Ada serangkaian penelitian menarik yang dilakukan oleh Blatt dan Kohlberg (1995) yang menunjukkan bahwa upaya paedagogis yang lebih terbatas untuk merangsang proses perkembangan moral dapat juga memiliki dampak yang berarti pada anak. Praktiknya adalah membentuk kelompok masing- masing beranggotakan 10 orang siswa bertemu dua kali dalam seminggu selama tiga bulan untuk membahas berbagai dilemma moral. Kebanyak siswa dalam kelas itu ternyata perkembangan moralnya mengalami kemajuan hampir satu tahap penuh.
     Prosedur diskusi moral yang dilakukan olah Blatt berbeda dengan yang umumnya dilakukan oleh para guru. Prosedur diskusi moralnya menggunakan apa yang disebut dengan istilah “induksi konflik-kognitif (cognititive-conflict induction)” mengenai masalah- masalah moral dan memberikan keterbukaan terhadap tahap berpikir yang sebenarnya berasa di atas tahap berpikir siswa.
     Implikasi bagi pendidikan dari hasil- hasil penelitian Blatt itu adalah bahwa guru harus secara serius membantu para siswa untuk mempertimbangkan berbagai konflik moral yang sesungguhnya, memikirkan cara pertimbangan yang digunakan dalam menyelesaikan konflik moral, melihat ketidak-konsistenan dalam cara berpikirnya, dan menemukan jalan untuk mengatasinya.
     Selain hal tersebut , karakter yang baik didukung oleh pengetahuan tentang kebaikan . Karena itu agar anak dapat membentengi dirinya dari pengaruh negatif media sosial  facebook tentu saja mereka harus mempunyai pengetahuan yang jelas tentang hal- hal yang baik dan yang buruk. Jadi Sebagai pendidik tentu saja kita mempunyai pengaruh yang besar agar siswa kita mempunyai dasar yang kuat  dalam dirinya  agar tidak mudah terpengaruh lingkungan yang tidak positif. Dengan bimbingan dan kasih sayang yang diberikan guru semoga anak-anak sebagai generasi  masa depan tetap memiliki karakter- karakter sebagai bangsa Indonesia.

Belum ada Komentar untuk "Pengaruh Media Soaial"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel