Peradaban Islam Pada Masa Mongol


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang masalah
      Banyak ahli sejarah yang menemui kesulitan ketika hendak melakukan penelitian tentang sejarah bangsa Mongol, karena mereka adalah masyarakat nomaden (Badui) yang sulit sekali dirunut silsilahnya. 
      Hal lain yang membuat ahli sejarah sedikit kesulitan adalah luasnya daerah yang ditinggali oleh masyarakat Mongol. Tidak ada batasan geografis dalam sejarahnya, karena mereka memang tidak mau tempat tinggal mereka terbatas di satu tempat saja. Keberanian mereka luar biasa membuat mereka mampu menembus panasnya padang pasir, menundukkan tingginya pegunungan, melintasi luasnya lautan, dan dapat menahan lapar berkepanjangan dan dapat bertahan dalam menghadapi segala penyakit yang menyerang.
      Namun yang sangat menarik para sejarawan justru karena sejarah mereka yang cukup berat untuk digali. Setiap usaha atau keberhasilan yang mereka capai, akan sangat menarik. Seperti diketahui bangsa Mongol telah berhasil menundukkan bangsa Rusia, hungaria, Silesia dan sejumlah wilayah lain di Eropa.
      Bangsa Mongol dengan sangat mudah menghancurkan miliisi di Eropa dan negeri Syam. Mereka meruntuhkan semua benteng dan membumihanguskan rumah penduduk di sana pada tahun 1256M.
B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana asal usul bangsa Mongol?
2.      Bagaimana tentang serangan Hulagu Khan?
3.      Bagaimana tentang Dinasti di Persia?
4.      Bagaimana kebudayaan Mongol Islam?
5.      Apa dampak Kekuasaan Mongol?
BAB II
Peradaban Islam pada Masa Mongol
A.    Asal usul Bangsa Mongol
      Bangsa Mongol berasal dari pegunungan Mongolia, yang membentang dari Asia Tengah sampai ke Siberia utara, Tibet Selatan, dan Manchuria Barat serta Turkistan Timur. Nenek moyang mereka bernama Alanja Khan, yang mempunyai dua putra kembar, Tatar dan Mongol. Kedua putra itu melahirkan dua suku bangsa besar, Mongol dan Tartar. Mongol mempunyai anak bernama Ilkhan, yang melahirkan keturunan pemimpin bangsa Mongol di kemudian hari.[1] 
      Dalam rentang waktu yang sangat panjang, kehidupan bangsa Mongol sangat sederhana. Mereka mendirikan kemah-kemah dan berpindah dari satu tempat ke tempat lain, menggembala kambing dan hidup dari hasil buruan. Mereka juga hidup dari hasil perdagangan tradisional, yaitu mempertukarkan kulit binatang dengan binatang yang lain, baik di antara sesama mereka maupun dengan bangsa Turki dan Cina yang menjadi tetangga mereka. Sebagaimaan umumnya bangsa nomad, orang-orang Mongol mempunyai watak yang kasar, suka berperang, dan berani menghadang maut dalam mencapai keinginannya. Akan tetapi, mereka sangat patuh kepada pemimpinnya. Mereka menganut agama Syamaniah (Syamanism), menyembah bintang-bintang, dan sujud kepada matahari yang sedang terbit. [2]
      Kemajuan bangsa Mongol secara besar-besaran terjadi pada masa kepemimpinan Yasugi Bahadur Khan. Ia berhasil menyatukan 13 kelompok susku yang ada padawaktu itu. Setelah Yasugi meninggal, putranya, Timujin yang masih berusia 13 tahun tampil sebagai pemimpin. Dalam waktu 30 tahun, ia memperkuat angkatan perangnya dengan menyatukan bangsa Mongol dengan suku bangsa lain, sehingga menjadi satu pasukan yang teratur dan tangguh. Pada tahun 1206 M, ia mendapat gelar Jengis Khan, Raja Yang Perkasa. Ia menetapkan suatu undang-undang yang disebutnya Alyasak atau alyasah, untuk mengatur kehidupan rakyatnya. Wanita mmepunyai kewajiban yang sama dengan laki-laki dalam kemiliteran. Pasukan perang dibagi dalam bebrapa kelompok besar-kecil, seribu, dua ratus, dan sepuluh orang. Tiap-tiap kelompok dipimpin oleh seorang komandan. Dengan demikian bangsa Mongol mengalami kemajuan pesat di bidang militer.[3]
B.     Serangan Hulagu Khan
      Menurut beberapa sumber sejarah, kedatangan Hulagu ke Baghdad atas undangan Ibn Al-Alqami. Ia yakin bahwa Hulagu akan membunuh khalifah dan meninggalkan Baghdad. Dengan demikian Ibn Al-Alqami dapat memindahkan kekuasaan pemerintahan ke tangan orang-orang ‘Alawiyyin. Tapi menurut kenyataan setelah Mongol membunuh khalifah, mereka merampok semua yang terdapat di dalam istana dan membakar kota Baghdad. Akhirnya Mongol juga membunuh Ibn Al-Alqami. Hulagu dapat mengusai Persia, Irak, Caucasus dan Asia Kecil. Sebelum menaklukkan Baghdad, pada tahun 1256 M Hulagu telah menguasai pusat gerakan Syi’ah di Persia Utara.[4]
      Ketika bangsa Mongol mulai melakukan invasinya terhadap kerajaan Islam di wilayah timur, khalifah Abbasiyah saat itu tengah dipimpin oleh Khalifah Al-Mu’tashim Billah ( 640-656 H/ 1242-1258 M. Hal itu dimulai Hulagu mengirim surat kepada khalifah yang isinya antara lain ‘ pernah kami mengutus orang-orang kami kepadamu saat penaklukan benteng-benteng orang tak bertuhan; kami memintamu untuk mengirimkan bala bantuan, namun anda tidak mengindahkan” lalu ia berpesan bahwa ia sudah memaafkan apabila saat ini khalifah bersedia patuh. Namun Al-Mu’tashim menolak untuk patuh, dengan membalas surat Hulagu dengan penghinaan.
      Sebelum benar-benar berangkat ke Baghdad, Hulagu meminta pendapat ahli perbintangan, Hisamudddin yang beragama sunni yang sangat peduli dengan khalifah Abbasiyah.  Hisamuddin memberi ramalan yang isinya mencegah Hulagu untuk menyakiti khalifah.
      Namun hulagu mendapat masukan dari para petinggi negara untuk meminta pendapat Nashiruddin Ath-Thusi. Dikarenakan kebenciannya terhadap khalifah ia mengeluarkan pendapat yang bertentangan dengan Hisamuddin.
      Setelah mendapat informasi tersebut, Hulagu mengeluarkan intruksi agar seluruh pasukan Mongol bergerak untuk melakukan pengepungan terhadap kota Baghdad.pada tanggal 22 Muharram 656 h/ 1258 M. Pengepungan diperketat di sekeliling kota Baghdad.
      Ketika khalifah menyadari bahwa posisinya sudah terjepit, ia mulai mengutus negosiator dengan memberikan bermacam hadiah. Namun Hulagu tidak menanggapinya.
      Akhirnya delegasi yang dipimpin khalifah berusaha untuk menemui Hulagu. Namun seluruh delegasi akhirnya malah dibunuh dan khalifah ditangkap dengan diikat kedua tangan dan kakinya lalu dibawa keliling kota. Dua anak khalifah dibunuh di depan matanya.[5]
      Baghdad yang terkenal sebagai pusat kebudayaan dan ilmu pengetahuan Islam mendapat serbuan Mongol. Tentara Mongol menyembelih seluruh penduduk dan menyapu Baghdad bersih dari permukaan bumi. Dihancurkanlah segala macam peradaban dan pusaka yang telah dibuat beratus-ratus tahun lamanya. Diangkut kitab-kitab yang telah dikarang oleh ahli ilmu pengetahuan bertahun-tahun lalu dihanyutkan ke dalam sungai Dajlah sehingga berubah warna airnya lantaran tinta yang larut. Khalifah sendiri beserta keluarganya ikut dimusnahkan sehingga putuslah bani Abbas dan hancurlah kerajaan yang telah bertahta selama 500 tahun itu. [6]
     Setelah Adapun akibat serangan Mongolia ke Baghdad yaitu:
1.      Hancurnya kota-kota dengan bangunan yang indah dan perpustakaan-perpustakaan.
2.      Pembunuhan terhadap umat Islam bukan hanya terjadi pada msa Hulagu yang membunuh Khalifah Abbasiyah dan keluarganya, tetapi pembunuhan dilakukan juga terhadap umat Islam lainnya.
3.      Timbul wabah penyakit pes akibat mayat-mayat yang bergelimpangan belum sempat dikebumikan.
4.      Hancurnya segala macam peradaban dan pusaka yang telah dibuat beratus-ratus tahun lamanya.
5.      Dihanyutkannya kitab-kitab yang dikarang oleh ahli ilmu pengetahuan ke dalam sungai Dajlah sehingga berubah warna airnya karena tinta yang larut
6.      Hancurnya Baghdad sebagai pusat Dinasti Abbasiyah yang di dalamya terdapat berbagai tempat belajar dengan fasilitas perpustakaan, hilang lenyap dibakar Hulagu.
7.      Turunnya posisi Baghdad menjadi ibukota provinsi dengan nama Iraq al-‘Arabi.
8.      Runtuhnya kekuasaan Dinasti Abbasiyah dan mundurnya kekuatan
politik Islam. [7]
C.    Dinasti di Persia
    Masa Mongol dalam sejarah kebudayaan Islam dimulai sejak jatuhnya Baghdad pada tahun 656 H/ 1258 M sampai masuknya tentara Usmani ke Mesir kemudian menguasai Afrika Utara, Jazirah Arab, Siria pada tahun 1517 M di bawah pimpinan sultan Salim.  Kekuasaan Mongol membujur dari perbatasan India sampai ke perbatasan India di sebelah Timur sampai ke perbatasan Siria di sebelah barat. Di daerah kekuasaan Mongol ini berdiri daulah Elkaniyah yang berkuasa di Irak dan Persi yang kemudian digantikan oleh daulah Timuriyah. Daulah Syagtaniyah yang menguasai Turkistan dan Afganistan, kemudian juga direbut oleh Timuriyah.[8]
      Baghdad dan daerah-daerah yang ditaklukkan Hulagu selanjutnya diperintah oleh dinasti Ilkhan. Ilkhan adalah gelar yang diberikan kepada Hulagu. [9]
 Khurasan merupakan basis kekuatan Mongol dan menjadi pusat pemerintahan Hulagu. Ilkhanat bertahan hingga delapan puluh tahun lamanya. Sementara Irak hanya menjadi wilayah bagian untuk negara tersebut. [10]
      Para pemimpin tertinggi di negara Ilkhanat mendapat gelar Ilkhan sebagai subordinat dari Khagan yang teragung di China. Wilayah Iran menggunakan sistem negara Ilkhanat ini hingga tahun 756 H/ 1355 M seiring dengan runtuhnya negara tersebut.
D.    Kebudayaan Mongol Islam
      Pada tahun 1437 umat Islam melahirkan seseorang yang menciptakan jadwal astronomi baru, jadwal itu disebut jadwal Ulugh Bek. Ulugh Bek adalah seorang cucu Timur Lenk dari keturunan Hulago di Samarkand yang memerintah 1447-1452 M. Dia memerintah tidak kejam sebagimana nenek moyangnya, bahkan dia masyhur karena alimnya dalam bidang agama dan ahlinya sebagai seorang sarjana ilmu pasti. Istananya merupakan tempat diskusi dan perdebatan ilmiah para ahli astronomi pada zamannya, dimana ia turut ambil bagian. Hasil dari diskusi itu tercipta penemuan baru dalam bidang astronomi dan diciptakan jadwal baru oleh seorang keponakan Ulugh Bek itu. J.Greaves dan T. Hyde menyalin jadwal ini dalam bahasa Inggris, diterbitkan di London tahun 1650 M. [11]
E.     Dampak Kekuasaan Mongol
      Jatuhnya kota Baghdad pada tahun 1258 M ke tangan bangsa Mongol bukan saja mengakhiri khilafah Abbasiyah di sana, tetapi juga merupakan awal dari masa kemunduran politik dan peradaban Islam, karena Baghdad sebagai pusat kebudayaan dan peradaban Islam yang sangat kaya dengan khazanah ilmu pengetahuan itu ikut pula lenyap dibumihanguskan oleh pasukan Mongol yang dipimpin Hulagu Khan.
     Dampak kekuasaan Mongol terhadap peradaban Islam sungguh terasa. Dampak negative tentunya lebih banyak jika dibandingkan dampak positifnya. Kehancuran tampak jelas dimana-mana dari serangan Mongol, sejak dari wilayah timur hingga ke barat. Kehancuran kota-kota dengan bangunan yang indah-indah dan perpustakaan-perpustakaan  yang mengoleksi banyak buku memperburuk situasi umat Islam.Pembunuhan terhadap umat Islam terjadi, bukan hanya pada masa Hulagu Khan yang membunuh khalifah Abbasiyah dan keluarganya, tetapi pembunuhan juga dilakukan terhadap umat Islam yang tidak berdosa. Seperti yang dilakukan oleh Arghun, Khan keempat pada Dinasti Ilkhan terhadap Takudar sebagai Khan ketiga yang dihukum mati karena masuk Islam. Arghun membunuh umat Islam juga mencopot jabatan-jabatan penting Negara yang diemban seorang muslim. [12]
   Ada pula dampak positifnya dengan berkuasanya dinasti Mongol ini setelah para pemimpinnya masuk Islam. Mereka dapat menerima dan masuk agama Islam, antara lain disebabkan mereka berasimilasi dan bergaul dengan masyarakat muslim dalam jangka waktu panjang. Seperti yang dilakukan oleh Ghazan Khan (1295-1304) yang menjadikan Islam sebagai agama resmi kerajaannya, walupun pada mulanya Bergama Budha. Rupanya ia mempelajari agama-agama sebelum memeluk agama Islam. Dan yang lebih mendorong ia masuk Islam karena pengaruh seorang menterinya, Rashiduddin yang terpelajar dan ahli sejarah yang terkemuka yang selalu berdialog dengannya, dan Nawruz, seorang gubenurnya untuk beberapa propinsi Syria. [13]   
      Ciri-ciri bangsa  Mongol antara lain :
1.      Berpindahnya pusat ilmu ke kota-kota Kairo, Iskandariyah, Usyuth, Faiyun, Damascus, Hims, Halab dan lain-lain di kota Mesir dan di Syam.
2.      Tumbuhnya ilmu-ilmu baru. Dalam masa ini matang ilmu umron (sosiologi) dan filsafat tarikh (philosophy of history) dengan munculnya Mukaddimah Ibnu Khaldun.
3.      Kurangnya kutubul khanah, akibat musnahnya perpustakaan, kitabnya dibakar atau karena rusaknya kertas dan mengaburnya tinta akibat lapuk dimakan usia.
4.      Banyaknya sekolah dan mausu’at, terutama di Mesir dan Syam.
5.      Penyelewengan ilmu. Umat Islam makin tenggelam kepada pembahasan bidang agama saja, bahkan lama kelamaan jatuh ke lembah mistik dan khurafat.[14]



















BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
1.      Bangsa Mongol berasal dari pegunungan Mongolia, yang membentang dari Asia Tengah sampai ke Siberia utara, Tibet Selatan, dan Manchuria Barat serta Turkistan Timur.
2.      Mongol bergerak untuk melakukan pengepungan terhadap kota Baghdad.pada tanggal 22 Muharram 656 h/ 1258 M.
3.      Masa Mongol dalam sejarah kebudayaan Islam dimulai sejak jatuhnya Baghdad pada tahun 656 H/ 1258 M sampai masuknya tentara Usmani.
4.      Pada tahun 1437 umat Islam melahirkan seseorang yang menciptakan jadwal astronomi baru, jadwal itu disebut jadwal Ulugh Bek.
5.      Dampak bangsa Mongol antara lain :berpindahnya pusat ilmu ke kota-kota Kairo, Iskandariyah, Usyuth, Faiyun, Damascus, Hims, Halab dan lain-lain di kota Mesir dan di Syam, tumbuhnya ilmu-ilmu baru seperti ilmu umron (sosiologi) dan filsafat tarikh (philosophy of history), kurangnya kutubul khanah, banyaknya sekolah dan mausu’at di Mesir dan Syam dan penyelewengan ilmu.
B.     Saran-saran
Dalam penulisan makalah ini penulis menyadari terdapat banyak kekurangan dan kelemahan. Oleh karena itu kritik dan saran sangat penulis harapkan dari pembaca, terutama dari Dosen Pembimbing. Atas saran yang diberikan penulis ucapkan terima kasih.


DAFTAR PUSTAKA
Badri Yatim. 2011.  Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: PT. RajaGrafindo 
    Persada. cet. Ke- 23.

Badri Yatim,. 1997.  Sejarah Peradapan Islam. Jakarta : PT Raja Grafindo  
    Persada.

Musyrifah Sunanto. 2015.  Sejarah Islam Klasik. Jakarta:
    PrenadaMediaGrup.

Dedi Supriyadi. 2002. Sejarah Peradaban Islam.  Bandung: Pustaka Setia .

Harun Nasution. 1985.  Islam ditinjau dari Berbagai aspeknya, Jilid I.
    Jakarta: UI Press. cet. Ke-5.



[1]  DR. Badri Hatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2011), cet. Ke- 23, hlm.111
[2] Ibid, hlm. 111-112
[3]  Ibid
[4] Dr. Badri Yatim, MA, Sejarah Peradapan Islam , Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 1997, hlm 114-115
[5] Prof. DR. Ali Muhammad Ash-Shalabi. Bangkit dan Runtuhnya Bangsa Mongol, (Jakarta: Pustaka Al-Kausar, 2009),penerjemah: Dody Rosyadi,L.c..hlm.318- 321
[6] Prof. DR. Hj. Musyrifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik, (Jakarta: PrenadaMediaGrup, 2015), cet. Ke-5,  hlm. 179
7 Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam,  Bandung: Pustaka Setia : 2002.hlm. 89
[8] Ibid, hlm. 189
[9] Harun Nasution, Islam ditinjau dari Berbagai aspeknya, Jilid I, (Jakrta: UI Press, 1985, 1985), cet. Ke-5, hlm. 80
[10] Prof DR. Ali Muhammad Ash-Shalabi. ..hlm.337
[11] Prof. DR. Hj. Musyrifah Sunanto, hlm. 202-203
[12] Drs. Samsul Munir,M.A., Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Amzah, 2013), hlm. 227
[13]  Ibid. h. 228
[14]  Ibid. 190- 192

Belum ada Komentar untuk "Peradaban Islam Pada Masa Mongol"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel