Pemikiran Pendidikan Islam Menurut Ibnu Khaldun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang masalah
Menjadi
Negara yang maju adalah sebuah cita-cita yang ingin diwujudkan oleh setiap
Negara di dunia. Maju tidaknya sebuah Negara dipengaruhi oleh faktor
pendidikannya. Begitu pentingnya pendidikan hingga dijadikan sebuah tolok ukur
untuk mengetahui maju, stagnan, atau malah mundur suatu Bangsa dan Negara.
Kejayaan
Islam pada abad pertengahan dapat diangkat sebagai sebuah contoh logis. Islam
berjaya dalam bidang ekonomi, politik, intelektualisme, tradisi-tradisi,seni
dan sebagainya. Pada zaman itu banyak bertaburan ulama-ulama Islam yang
menguasai bidang sains dan filsafat, dan sebagainya.
Mengenai
pendidikan, tokoh yang dapat diambil pemikirannya mengenai konsep pendidikan,
salah satunya adalah Ibnu Khaldun yang memilki buku karangan yang terkenal,
yaitu Mukaddimah.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana biografi Ibnu Khaldun?
2. Bagaimana pemikiran pendidikan Islam menurut Ibnu Khaldun?
BAB II
PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM MENURUT IBNU
KHALDUN
A. Biografi
Ibnu khaldun mempunyai nama
lengkap ‘Abd al-Rahman al-Hasan Muhammad Ibn Muhammad Ibn Muhammad Ibn al-Hasan
Ibnu Jarir Ibn Muhammah Ibnu Ibrahim Ibnu Khalid Ibnu Usman Ibnu Haw Ibn Al-
Khattab Ibnu Kuraib Ibnu Ma’adikarib Ibnu al-Haris Ibnu Wais Ibnu Hijr.1 Ia lahir di Tunisia pada awal Ramadhan 732 H
atau 23 Mei dan meninggal di Mesir pada 25 Ramadhan 808 H atau 19 Maret 1406 M.
Beliau adalah seorang tokoh yang mempunyai nama kecil al- Rahman bisa dipanggil
dengan nama panggilan Abu Zaid, yang juga diambil dari nama putra sulungnya,
Zaid. Beliau juga sering disebut dengan gelar waliyuddin, suatu gelar yang
diberikan kepadanya sewaktu memangku jabatan Hakim Agung di Mesir. Akan tetapi
ia lebih popular dengan panggilan Ibnu Khaldun2, yang dinisbatkan kepada
kakeknya yang kesembilan yaitu Khalid bin Usman. Dari sejarah kehidupannya ia
diketahui bahwa asal usul keturunan Ibnu Khaldun berasal dari Hadramaut, bagian
selatan Yaman.3 Nenek
moyangnya hijrah ke Hijaz sebelum datangnya Islam. Pada masa awal sejarah
Islam, nenek moyangnya ada yang menjadi sahabat Nabi, Wayl Ibn Hujr.
Sejak kecil Ibnu Khaldun telah
dididik secara tradisional oleh ayahnya
yang mengajarkan kepadanya dasar-dasar ajaran Islam. _______________________________________
1A. Mukti Ali, Ibnu Khaldun dan Asal- Usul Sosiologi(Yokyakarta:
Yayasan Nida, 1970),h.13
2Ali Abdulwahid Wifi, Ibnu Khaldun: Riwayat dan
Karyanya,diterj. Ahmad Thaha(Jakarta: Graiti Press, 1985) h.3
3Herawati,Ibnu Khaldun Pembaharuan Ilmu Sejarah,
dalam Maddana: Jurnal Ilmu Sejarah dan Kebudayaan, edisi6 tahun VI
(Yokyakarta:CV.Qalam,20024)h.113
Namun sangat disayangkan pendidikan Ibnu Khaldun yang
diterima dari ayahnya tidak dapat berlangsung lama karena sang ayah meninggal
pada tahun 1349 M.
Memasuki usia
ke-20, Ibnu Khaldun mulai terttarik dengan kehidupan politik, sehingga pada
tahun 755 H/ 1354 M, Ibnu Khaldun diangkat menjadi sekretaris Sultan di Maroko
karena
kecakapannya. Namun jabatan ini tidak berlangsung lam,
karena pada tahun 1357 Ibnu Khaldun terlibat persekongkolan untuk meggulingkan
kekuasaan Amir bersama Amir Abu Abdullah Muhammad, sehingga ia ditangkap dan
dipenjarakan. Tetapi tidak lama kemudian ia dibebaskan dan kemudian pada tahun
itu juga setelah Sultan meninggal dunia dan kekuasaan direbut oleh al-Mansur
bin Sulaiman dari menterinya al-Hasan, maka Ibnu Khaldun menggabungkan diri
dengan al-Mansur dan dia diangkat menjadi sekretarisnya. Namun tak lama
kemudian, Ibnu Khaldun meninggalkan al-Mansur dan bekerjasama dengan Abu Salim.
Pada waktu itu Abu Salim menduduki singgasana dan Ibu Khaldun diangkat menjadi
sekretarisnya dan dua tahun kemudian diangkat menjadi Mahkamah Agung. Di
sinilah Ibnu Khaldun menunjukkan prestasi yang luar biasa. Tetapi itu pun tidak
berlangsung lama, karena pada tahun 762 H/ 1361 M terjadi pemberontakan di
kalangan keluarga istana, maka pada waktu itu Ibnu Khaldun meninggalkan jabatan
yang disandangnya.4 Ibnu Khaldun wafat pada tanggal 26 Ramadhan 808
H/ 16 Maret 1406 M, tak lama setelah ditunjuk keenam kalinya menjadi seorang
hakim.5
B. Epistemology Ibnu Khaldun
Ibnu Khaldun
dalam Muqaddimah, mengenai ilmu pengetahuan ia membagi tingkatan kemampuan
berfikir manusia menjadi tiga, pertama, akal pembeda (al-Aql at-Tamyizi),
ia menjelaskan bahwa manusia termasuk jenis binatang dan Allah membedakannya
dengan binatang melalui kemampuan berfikir melalui akalnya, sehingga manusia
dapat mengatur tindakan-tindakannya secara tertib. Kedua, akal eksperimental (al-Aql
at-Taghribi), bahwa kemampuan itu membantu memperoleh pengetahuan tentang
ide-ide atau hal-hal yang bermanfaat. Ketiga akal spekulatif (al-Aql
an-nadhari), yaitu kemampuan tersebut membantunya memperoleh persepsi
tentang sesuatu yang amujud sebagaimana adanya, baik yang ghaib maupun yang
nampak.4
Hal ini
menunjukkan bahwa manusia pada awalnya tidak tahu apa-apa. Untuk memperoleh
pengetahuan harus melalui pengalaman lewat organ tubuhnya. Ibnu Khaldun
mendasarkan konsep ini pada surat al-‘Alaq ayat 1-3 yang berbunyi :
Artinya :”bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang
Menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan
Tuhanmulah yang Maha Pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantaraan
kalam.”5
Ibnu Khaldun
mengklasifikasikan ilmu menjadi dua, yaitu ilmu naqli dan ilmu ‘aqli
(filsafat). Ilmu naqli adalah ilmu yang diperoleh dari wahyu dan bersumber dari
Al-Qur’an dan Al-Hadits. Macam-macam ilmu naqli adalah Al-Qur’an, al-Hadits,
ulumul Qur’an, ulumul Hadits, Ushul Fiqh, Kalam, Tasawuf, dan ilmu Tabir Ru’ya.
Sedangkan ilmu ‘aqli atau filsafat ini diperoleh manusia melalui kemampuan
berfikir dan alat untuk memperolehnya adalah dengan indera dan akal. Ilmu ini
dibagi
__________________________
4Ibnu Khaldun, Mukaddimah Ibnu Khaldun,
diterj. Oleh Ahmadi Taha, cet. 1(Jakarta : Pustaka Firdaus, 1986) h. 532
5 Maksudnya:
Allah mengajar manusia dengan perantaraan tulis baca
menjadi empat, yaitu logika (mantiq), fisika, metafisika,
dan matematika. Namun yang jelas Ibnu Khaldun mengakui bahwa sumber pengetahuan
di samping indera dan akal juga dari wahyu. Hal ini membuktikan bahwa
epistemology yang digagas oleh Ibnu Khaldun tidaklah sama sekali menolak
terhadap pengetahuan yang suprarasional.
C. Dasar dan Tujuan Pendidikan menurut Ibnu Khaldun
1. Dasar Pendidikan
Ibnu Khaldun mempunyai pandangan bahwa pada dasarnya manusia itu baik.
Pengaruh-pengaruh yang datang lah yang kemudian akan menentukan apakah manusia
tetap baik atau menyimpang menjadi jahat. Jika pengaruh baik yang lebih dahulu
datang maka jiwa akan baik, begitu juga sebaliknya.6
Ibnu Khaldun mendasarkan teori fitrahnya berdasarkan hadis Nabi bahwa
setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah. Beliau juga berpendapat bahwa
secara essesnsial manusia itu bodoh, dan manusia bisa menjadi berilmu melalui
proses pencarian pengetahuan atau dengan kata lain proses pendidikan.7
2. Tujuan Pendidikan
Menurut Abd Al-Rahman yang dikutip dari buku Prof. Dr. H. Ramayulis
mengemukakan ada tiga tujuan pendidikan menurut Ibnu Khaldun, antara lain :
a. Pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan manusia dan kemampuan
berpikir. Pendidikan memberikan kesempatan pada akal untuk lebih giat dalam
melakukan
___________________________
6
Warul Walidin, Konstelasi Pemikiran Paedagogik Ibnu Khaldun (Yokyakarta:
Nadiya Fondation, 2003) h. 98
7
Ibnu Khaldun, Mukaddimah..., h.532
aktivitas. Dengan menuntut ilmu dan
keterampilan, seseorang dapat meningkatkan potensi akalnya
b. Pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kemasyarakatan. Ilmu dan pengajaran
sangat diperlukan dalam masyarakat untuk meningkatkan taraf hidup manusia ke
arah yang lebih baik. Pendidikan uga menentukan kesejahteraan masyarakat, sebab
semakin dinamis budaya suatu masyarakat, maka akan semakin bermutu dan dinamis
pula keterampilan pada masyarakat tersebut.
c. Pendidikan bertujuan meningkatkan kerohanian manusia. Dengan pendidikan,
manusia akan dapat melaksanakan praktek ibadah dengan benar, zikir, khalwat
(menyendiri), mengasingkan diri dari khalayak ramai sedapat mungkin untuk
tujuan beribadah sebagaimana yang dilakukan para sufi.8
Dengan ketiga
tujuan pendidikan di atas, Ibnu Khaldun tampak jelas menganut prinsip
keseimbangan antara dunia dan akhirat. Sebab tujuan pendidikan hakekatnya
adalah melahirkan insan kamil, sempurna segi lahir dan batin serta menjadi
manusia yang bahagia di dunia dan akhirat kelak.
3. Teori Pendidikan Ibnu Khaldun
a. Teori Belajar
Dalam Mukaddimah yang dikarangnya, Ibnu Khaldun menawarkan teori
belajar. Semua konsep yang dikemukakannya dibangun melalui konsep-konsep yang
dikembangkan oleh ahli psikolastik, diantaranya :
_________________________
8 Ramayulis, Filsafat Pendidikan Islam,
(Jakarta: Kalam Mulia, 2009)h. 283
1. Malakah
Menurut Ibnu Khaldun, malakah adalah sifat yang berurat berakar, sebagai
hasil belajar atau melakukan sesuatu berulang kali segala hasil belajar, atau
mengerjakan sesuatu yang berulang kali, sehingga hasilnya dan bentuk pekerjaan
itu dengan kokoh tertanam dalam jiwa.9
Konsep malakah dalam belajar menurut Ibnu Khaldun bukan sekedar al-fahmu
(pemahaman) dan al-wa’yu (memori), akan tetapi malakah merupakan suatu
yang dibaca, didengarkan, atau dapat memberikan contoh lain dari yang
dicontohkan, atau dapat menggunakan petunjuk penerapan pada kasus yang lainnya.
Ada
dua cara yang ditawarkan oleh Ibnu Khaldun untuk mencapai malakah ini yaitu :
a) Latihan al-Munawaroh dan al-Munazarah. Metode yang paling mudah dalam
pencapaian malakah adalah dengan latihan.
b) Kontinuitas (ittisal) belajar dapat memperkuat malakah.
Kesinambungan antara materi dalam pelajaran akan mengikat satu sama lain dan
membantu terlaksananya proses belajar dan waktu yang singkat.
2. Tadrij
Menurut teori ini, belajar yang efektif dilakukan dengan cara
berangsur-angsur, setahap demi setahap dan terus menerus. Teori ini dibangun
berlandaskan asumsi bahwa kemampuan manusia terbatas. Proses belajar harus
bertahap memulai dari masalah-masalah yang paling sederhana dan mudah, kemudian
meningkat perlahan ke hal-hal yang kompleks.
_____________________________
9
Luis Ma’luf, al-Munjid (Beirut: Dar al-Masyrik, 1986) h. 776
Untuk mendukung teori malakah dan tadrij tersebut, Ibnu Khaldun
mengutarakan hukum-hukum yang menyertainya, yaitu: pertama, pengulangan (takrar) dan kebiasaan (‘adah).
Kedua, sebab akibat dan implikasi belajar.ketiga, proses pembelajaran di mana
melalui teori malakah dan tadrij, Ibnu Khaldun menampilkan sebuah metode yang
biasa disebut metode tiga tahap, yaitu :
1) Tahap penyajian global. Pertama, guru menyajikan kepada subjek ddidik
hal-hal pokok, problem-problem prinsipil dari setiap materi pembahasan dalam
bab-bab.
2) Pengembangan (al-Syarah wal bayan). Guru menyajikan dan melatih
kembali pengetahuan atau keterampilan dalam pokok bahasan itu kepada anak didik
dalam taraf yang lebih tunggu. Pada tahapan ini guru harus menjelaskan
aspek-aspek yang terjadi kotradiksi di dalamnya.
3) Penyimpulan (takhallus). Pada tahapan terakhir ini guru secara
mendalam menyajikan pokok bahasan lebih mendalam dan rinci dalam konteks yang
menyeluruh.
b. Kurikulum dan Materi Pendidikan Ibnu Khaldun
Ibnu Khaldun
menyusun kurikulum sesuai dengan salah satu sarana untuk mencapai tujuan
pendidikan. Ibnu Khaldun membagi ilmu menjadi dua bagian, yaitu :
1) Ilmu Naqliyah, merupakan ilmu yang dinukil manusia dari yang merumuskan
atau menetapkan landasannya dan diwariskan secara turun temurun. 10 Ilmu-ilmu
____________
10
Warul Waridin, Konstelasi...,h.138
naqliyah memberi informasi tentang aqidah yang
mengatur kewajiban agama, serta memberlakukan undang-undang syara’. Secara
keseluruhan dasar-dasar ilmu naqliyah ialah al-syar’iyyah yaitu materi al-Quran
dan al-Hadis. Menurut Ibnu Khaldun mempelajari ilmu naqliyah wajib bagi setiap
muslim.
2) Ilmu ‘Aqliyah (rasional) merupakan buah dari aktivitas pikiran manusia dan
perenungannya. Ilmu ini bersifat alamiah bagi manusia dengan asumsi bahwa
manusia adalah homosapiens (manusia yang mempunyai akal pikiran).11
Ilmu ini terbagi menjadi empat kelompok, yaitu
:
a) Logika
b) Sains alam dan fisika, termasuk di dalamnya ilmu medis dan pertanian
c) Sains tentang benda luar alam kita (metafisik), termasuk di dalamnya ilmu
ketuhanan.
d) Ilmu eksakta yaitu ilmu yang berhubungan dengan kuantitas yang mencakup
ilmu bangunan, ilmu tentang ukur (geometri, optic, dan geologi), aritmatika,
ilmu musik dan ilmu astronomi.
Dari
kualifikasi ilmu pendidikan di atas, Ibnu Khaldun membagi isi kurikulum dalam
dua tingkatan, yaitu :
1) Tingkat pemula. Materi kurikulum pada tingkat pemula difokuskan pada
al-Quran dan Sunnah. Mencakup penanaman aaqidah dan keimanan serta memuat akhlak.
2) Tingkat atas. Kurikulum tingkat ini mempunyai klasifikasi sebagai berikut :
__________________
11
Ibid. h 141
a. Ilmu yang berkaiatan dengan dzatnya sendiri, seperti ilmu syari’at yang
mencakup ilmu fiqih, ilmu tafsir, ilmu Hadis,
ilmu kalam, ilmu bumi, metafisika, dan filsafat.
b. Ilmu yang ditujukan untuk ilmu-ilmu lain dan bukan berkaitan dengan dzatnya
sendiri, seperti ilmu bahasa.12
_________________________
12 M. Athiyah
al- abrasy, dasar-dasar Pendidikan Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 1997), h. 284
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Ibnu Khaldun mengklasifikasikan ilmu menjadi dua, yaitu ilmu naqli
dan ilmu ‘aqli (filsafat)
2. Teori belajar yang ditawarkan Ibnu Khaldun adalah malakah dan tadrij.
3. Untuk mencapai malakah dengan dua cara, yaitu al-munawaroh dan al-munazarah
4. Ibnu Khaldun membuat klasifikasi ilmu menjadi dua, yaitu ilmu naqliyah dan
ilmu ‘aqliyah
5. Isi kurikulum terbagi dua, yaitu tingkat pemula dan tingkat atas.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, A.Mukti. 1970. Ibnu Khaldun dan Asal- Usul Sosiologi.
Yokyakarta: Yayasan Nida.
Herawati. 2004. Ibnu Khaldun Pembaharuan Ilmu Sejarah, dalam
Maddana: Jurnal Ilmu Sejarah dan
Kebudayaan, edisi6 tahun
VI. Yokyakarta:CV.Qalam.
Ibnu Khaldun. 1986. Mukaddimah Ibnu
Khaldun, diterj. Oleh
Ahmadi
Taha, cet. 1. Jakarta : Pustaka Firdaus.
Luis Ma’luf,. 1986. al-Munjid .Beirut:
Dar al-Masyrik.
M. Athiyah al- abrasy. 1997. Dasar-dasar Pendidikan Islam
Jakarta: Bulan Bintang.
Ramayulis. 2009. Filsafat Pendidikan Islam.
Jakarta: Kalam
Mulia.
Wifi, Ali Abdulwahid. 1985. Ibnu Khaldun: Riwayat dan
Karyanya,diterj. Ahmad Thaha. Jakarta: Graiti Press.
Warul Walidin.2003. Konstelasi Pemikiran Paedagogik Ibnu
Khaldun .Yokyakarta: Nadiya
Fondation.
Belum ada Komentar untuk "Pemikiran Pendidikan Islam Menurut Ibnu Khaldun"
Posting Komentar